Wednesday, May 29, 2013
Atasi dan Kenali Masalah Lupa (Dimensia)
Sebagai gejala penyakit, lupa bukanlah persoalan yang mudah dilupakan. Dalam taraf tertentu, lupa bisa menjadi persoalan kesehatan yang serius.
SULIT MENGINGAT NAMA SESEORANG YANG SUDAH KITA KENAL mungkin merupakan persoalan biasa. Lupa meletakkan benda-benda di sekitar kita juga tidak pernah dianggap sebagai persoalan medis. Namun, dalam taraf yang tidak wajar, daya ingat yang menurun tajam bisa merupakan gejala seseorang mengidap dimensia.
Dimensia adalah suatu kondisi dimana hilangnya kemampuan kognitif seseorang secara besar-besaran. Kondisi ini umumnya dipengaruhi oleh faktor usia, dan bisa dipicu oleh beberapa penyakit seperti stroke, diabetes, hipertensi, kolesterol, dan bisa pula parkinson. Namun pemicu utama dimensia adalah alzheimer, sebuah bentuk dari dimensia yang paling umum ditemukan.
Alzheimer sendiri berasal dari nama Alois Alzheimer, seorang psikiater dan neuropathogist dari German yang “menemukan” penyakit ini. Pada tahun 1907, ia melakukan observasi terhadap seorang wanita berusia 51 tahun dengan gejala pelupa parah dan paranoid berat. Ia menemukan plak amiloid dan kekusutan syaraf yang amat banyak pada jaringan otak pasien, yang kemudian dihipotesakan sebagai penyebab turunnya fungsi otak.
Di Indonesia tercatat sedikitnya 1 juta orang yang mengidap dimensia jenis ini. Sementara dalam skala Asia jumlahnya mencapai kisaran 5 juta per tahun dan akan terus meningkat. Angka-angka ini menunjukkan betapa alzheimer adalah penyakit yang dapat terjadi pada siapa saja, khususnya pada lansia, dan karena itu perlu diwaspadai sejak dini.
Masalah yang belum terpecahkan adalah bahwa seseorang yang mengalami kondisi dimensia tidak mampu mengenali penyakit ini sejak awal. Penyakit ini biasanya baru terungkap setelah pasien diperiksakan ke dokter karena penyakit-penyakit yang memicu dimensianya, yaitu penyakit-penyakit yang telah disebutkan di atas.
Meski dimensia (khususnya dari jenis alzheimer) sering disebut sebagai penyakit yang sulit disembuhkan, namun ada sejumlah pendekatan yang biasa dilakukan secara medis untuk mengurangi dampak buruk penyakit ini. Beberapa diantaranya adalah dengan terapi penyembuhan melalui perilaku, pembiasaan, konseling dan bisa pula dibarengi penggunaan obat-obatan.
Cara lain yang juga kerap dianjurkan para ahli adalah dengan terapi seni, terutama melukis. Para ahli juga mengemukakan bahwa semakin dini penyakit ini terdeteksi, maka semakin besar kemungkinannya untuk diantisipasi. Karena itu, jangan remehkan masalah mudah lupa. Sebab, persoalan yang kerap dianggap sepele ini bisa berbalik jadi persoalan yang sulit untuk dilupakan.
Sumber: Majalah Mandiri Prioritas Volume I - 2013 “A Tribute of to Classicism”
Melalui ulasan dimensia (penyakit lupa), dijelaskan bahwa sekalipun sulit untuk disembuhkan, namun terapi seni (melukis) dapat membantu memulihkan kondisi si penderita. Dalam hal ini, sebaiknya kita juga mencegah penyakit lupa dengan cara membaca buku untuk melatih otak agar tidak cepat tumpul, berolahraga secara teratur, membuat catatan kecil dan menghafalnya demi melatih otak, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung omega-3 dan DHA (seperti ikan salmon dan yoghurt).
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua..
Ilustration by: http://www.gracewell.co.uk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ayo berikan komentar Anda..